Pandangan NU Perihal Rebo Wekasan

Rebo Wekasan adalah hari rabu terakhir pada bulan Safar. Pada hari tersebut masyarakat meyakini bahwa hari tersebut adalah hari naas (hari turunnya bala). Untuk tahun 1444 H ini, hari Rebo Wekasan bertepatan 21 September 2022.

Dalam Faidh al-Qadir, juz 1, halaman 45, Rasulullah bersabda, “Akhiru Arbi’ai fi al-syahri yawmu nahsin mustammir (Rabu terakhir setiap bulan adalah hari sial terus)“. Dalam hadits tersebut terdapat istilah hari naas yang terus menerus atau yawmi nahsin mustammir.

Hal tersebut di atas bertentangan dengan hadits sahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah berikut. “Tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga tidak ada kesialan pada bulan Shafar. Menghindarlah dari penyakit kusta sebagaimana engkau menghindari singa.” (HR Imam Bukhari dan Muslim).

Anggapan sial ini telah terkenal pada umat jahiliah dan sisa-sisanya masih ada di kalangan muslimin hingga saat ini. Oleh karena itu sejak zaman atau masa jahiliyyah kuno, termasuk bangsa Arab meyakini bahwa bulan Safar merupakan bulan sial.

Pandangan Syekh Abdul Hamid Quds

Sementara itu, Syekh Abdul Hamid Quds, dalam kitabnya Kanzun Najah Was-Surur fi Fadhail Al-Azminah wash-Shuhur, menjelaskan bahwa banyak para Wali Allah yang mempunyai pengetahuan spiritual yang tinggi (kasyaf) mengatakan bahwa pada setiap tahun, Allah swt menurunkan 320.000 macam bala bencana ke bumi dan semua itu pertama kali terjadi pada hari Rabu terakhir di bulan Safar.

Tak ayal, para ulama menganjurkan kepada umat Islam agar melakukan shalat sunnah yang diniatkan shalat mutlak atau shalat hajat empat rakaat dengan bacaan surat dan jumlah yang ditentukan.

Pandangan Lain terhadap Hari Rabu

Dari sisi yang lain, keyakinan Rabu terakhir sebagai hari bala justru membuka pintu bala’ itu sendiri. Pasalnya, sebagaimana dilansir NU Online dalam tulisannya Rebo Wekasan, Hari Untung Bukan Buntung, Abdul Wahab Ahmad, Wakil Katib PCNU Jember dan Peneliti di Aswaja NU Center Jember mengungkapkan, Allah swt memang menyesuaikan rahmat atas seorang hamba sesuai dengan prasangka hamba itu sendiri. Disebutkan dalam sebuah hadits qudsi, “Aku (Allah) sesuai persangkaan hambaku tentang diriku.” (Muttafaq ‘Alaihi).

Sebaliknya, Rabu juga diyakini sebagai hari berkah. Sebab, sebagaimana disebut dalam hadits, bahwa cahaya diciptakan Allah swt pada hari Rabu. “Allah Yang Maha Agung menciptakan tanah di hari Sabtu, …  dan menciptakan cahaya di hari Rabu…” (HR. Muslim).

Dalam hadits lain, disebutkan bahwa doa-doa Nabi Muhammad saw dikabulkan pada hari Rabu. Hal ini membuat Sahabat Jabir bin Abdullah memanjatkan doa pada hari Rabu antara waktu Zuhur dan Asar mengingat waktu tersebut diyakini mustajab.

Kesimpulan

Demikianlah pandangan mengenai Rebo Wekasan. Bagaimanapun juga perbedaan pendapat adalah rahmat. Semoga kita tetap diteguhkan dalam Islam.

Artikel Sejenis

sepi ing pamrih, rame ing gawe

Menu