Niat Puasa Bulan Rajab – Bulan Rajab adalah salah satu bulan istimewa bagi umat Islam. 23 Januari 2023 ini bertepatan dengan tanggal 1 Rajab 1444 H. Karena kalender Hijriyah tanggal berubah setiap maghrib, maka malam ini 22 Januari 2023 sudah memasuki bulan Rajab 1444 H.
Sangat beruntung sekali kita ummat Islam yang dipertemukan dengan bulan Rajab tahun ini. Karena bulan Rajab termasuk al-asyhur al hurum artinya adalah termasuk bulan-bulan yang di dalamnya terkandung beberapa kemuliaan. Dalam Al Qur’an Allah SWT berfirman:
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌۗ ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةًۗ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ
Artinya : Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah 12 bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada 4 bulan haram. (QS At-Taubah [9]: 36).
Berikut adalah lafal niat puasa bulan Rajab :
نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ رَجَبَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma Rajaba sunnatan lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: Aku berniat puasa Rajab, sunah karena Allah ta‘âlâ.
Bagaimana bila pada malam hari nya lupa mengucapkan atau melafalkan niat? Karena puasa Rajab termasuk puasa sunnah, jadi masih diperbolehkan berniat di siang harinya dengan catatan belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa dari fajar hingga ia ingat berniat.
Adapun bila kita lupa berniat pada malam hari, kita dapat berniat pada siang hari dengan niat sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا الْيَوْمِ عَنْ أَدَاءِ شَهْرِ رَجَبَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i syahri rajaba lillâhi ta’âlâ.
Artinya: Saya niat puasa sunnah bulan Rajab hari ini, sunnah karena Allah ta’âlâ.
Sebagaimana ditegaskan oleh Imam Fakhruddin al-Razi dalam Mafâtîh al-Ghaib (juz 16, halaman: 54), dasar anjuran puasa pada empat bulan yang dimuliakan (termasuk di dalamnya bulan Rajab) adalah sabda Nabi berkut:
مَنْ صَامَ يَوْمًا مِنْ أَشْهُرِ اللّٰهِ الْحُرُمِ كَانَ لَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ ثَلَاثُونَ يَوْمًا
Artinya: Barang siapa yang berpuasa 1 hari pada bulan-bulan yang dimuliakan (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab), maka ia akan mendapat pahala puasa 30 hari.
Dalam I’ânah at-Thâlibîn, Sayyid Abu Bakar Syattha’ mengutip hadits berikut:
صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ
Artinya: Berpuasalah pada bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah! Berpuasalah pada bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah! Berpuasalah pada bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah!. (HR Abu Dawud dan yang lainnya).
Anjuran untuk melakukan sekaligus meninggalkan pada hadits di atas maksudnya adalah berpuasa semampunya saja (Sayyid Abu Bakar Syattha’, I’ânah at-Thâlibîn, juz 1, halaman: 307).
Terkait keutamaan puasa Rajab, Imam al-Ghazali dalam Ihyâ ‘Ulumiddîn (juz 3, halaman: 431) mengutip dua hadits berikut:
صوم يوم من شهر حرام أفضل من ثلاثين من غيره وصوم يوم من رمضان أفضل من ثلاثين من شهر حرام
Artinya: Sehari hari berpuasa pada bulan haram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab), lebih utama dibanding berpuasa 30 hari pada bulan selainnya. Sehari berpuasa pada bulan Ramadhan, lebih utama dibanding 30 hari berpuasa pada bulan haram.
من صام ثلاثة أيام من شهر حرام الخميس والجمعة والسبت كتب الله له بكل يوم عبادة تسعمائة عام
Artinya: Barang siapa berpuasa selama 3 hari dalam bulan haram, hari Jumat, dan Sabtu, maka Allah balas setiap 1 harinya dengan pahala sebesar ibadah 900 tahun.
Ummat Islam dapat melaksanakan puasa Rajab selama masih dalam bulan Rajab. Namun, makruh hukumnya puasa bulan Rajab 1 bulan penuh. Jadi lebih baik dilaksanakan pada hari-hari utama pada bulan Rajab. Hari-hari utama seperti ayyamul bidh (tanggal 13, 14, 15), hari Senin dan Kamis, puasa selang seling (satu hari puasa, satu hari tidak).
Bagi orang yang memiliki utang puasa Ramadhan, diperbolehkan untuk mengqadhanya bersamaan puasa sunah Rajab. Bahkan, menurut Sayyid Bakri Syattha’ (w. 1892 M.) dengan mengutip fatwa Al-Barizi, andaikan puasanya hanya niat qadha, maka otomatis juga memperoleh kesunahan puasa Rajab. (Sayid Bakri, Hâsyiyah I’ânah at-Thaâlibîn, juz 2, halaman: 224).
Memasuki bulan Rajab, Rasulullah SAW mencontohkan untuk senantiasa berdoa sebagaimana doa di bawah ini.
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Allâhumma bârik lanâ fî rajaba wasya‘bâna waballighnâ ramadlânâ “
Artinya : Duhai Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadlan.” (Lihat Muhyiddin Abi Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Al-Adzkâr, Penerbit Darul Hadits, Kairo, Mesir)
Demikianlah tuntunan, fadlilah, dalil dan niat puasa bulan Rajab. Semoga kita senantiasa dalam lindungan Allah dan mendapatkan keberkahan di Bulan Rajab ini. Amin.