Tanggal 21 Februari 2022 kemarin, penulis turut serta dalam kegiatan yang diadakan di Denpasar-Bali. Transportasi udara menjadi pilihan untuk dapat sampai di Denpasar dengan cepat dan harapan selamat. Beberapa maskapai menyediakan pilihan penerbangan dari Bandar Udara Jenderal Ahmad Yani Semarang menuju Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Denpasar. Akan tetapi, hanya satu maskapai yang menerbangkan pesawatnya dari Semarang ke Denpasar tanpa transit.
WingsAir menjadi satu-satunya pesawat yang terbang langsung dari Semarang ke Denpasar Bali. Dengan mesin baling-baling, pesawat mungil ini menjadi pilihan penulis untuk sampai ke Denpasar. Sepertinya pesawat buatan anak negeri ini adalah pesawat yang menghubungkan daerah di negara kita tercinta Indonesia yang terpisahkan oleh lautan. Dengan nomor penerbangan IW-1802 sore itu penulis berangkat bersama puluhan penumpang lain bersama WingsAir.
Langit terasa kurang mendukung sore itu. Awan tebal dan gerimis membasahi landasan (run way) bandar udara Jenderal Ahmad Yani sore itu. Terasa agak cemas dengan kondisi cuaca yang terasa kurang bersahabat untuk melakukan penerbangan sore itu. Berharap hujan hanya di Semarang saat pesawat mulai bergerak ke run way. Ternyata yang semula gerimis, di jendela pesawat penulis lihat hujan semakin deras saat pesawat memasuki run way. Ya Allah, berikanlah keselamatan penerbangan ini. Pukul 16.20 WIB pesawat baling-baling milik maskapai WingsAir ini mulai berlari di run way dan take off.
Raungan suara khas pesawat baling-baling semakin kencang. Pesawat WingsAir pun mulai meninggalkan runway dan terbang di sela-sela hujan dan awan. Alhamdulillah, setelah beberapa menit meninggalkan run way Jenderal Ahmad Yani, WingsAir mulai berada di atas awan rendah. Terlihat dari sela-sela awan, pemandangan kota Semarang seperti layaknya ketika kita melihat dari Google Maps. Memang khas pesawat terbang bermesin baling-baling tidak terbang begitu tinggi layaknya pesawat bermesin jet. Akan tetapi, justru itulah penikmat perjalanan udara dapat melihat pemandangan hamparan kota dan desa dari ketinggian.
Sepanjang perjalanan saat itu penumpang disuguhkan dengan awan yang bergunung-gunung, sehingga pesawatpun terasa kurang mulus dalam perjalanannya. Layaknya kita naik mobil di jalan berlobang. Getaran demi getaran sepanjang penerbangan sangat terasa karena kondisi cuaca yang mendung dan hujan. Memang dengan kondisi cuaca yang seperti itu penumpang rasanya terus saja bertasbih dan beristighfar dan meminta perlindungan dari Allah Tuhan Yang Maha Kuasa. Tiada daya dan upaya manusia dapat melintasi langit selain hanya dengan pertolongan dan kuasa dari Allah.
Benar saja, di wilayah udara ATC Malang, pesawat mengalami turbulensi yang cukup hebat. Kondisi cuaca Jawa Timur yang saat itu lagi hujan badai dan es batu, membuat pesawat bermesin baling-baling ini harus berusaha ekstra keras untuk selamat menembus badai. Upaya maksimal pilot sampai-sampai dengan menurunkan ketinggian pesawat secara signifikan dan menaikkannya kembali secara signifikan membuat pemumpang pesawat itu sontak berteriak Allahu Akbar, Astaghfirullah dan senantiasa meminta perlindungan dari Allah. Alhamdulillah, dengan kuasa Allah dan kecakapan kru pesawat WingsAir akhirnya pesawat dapat melalui badai turbulensi hebat petang itu.
Pukul 18.55 WITA pesawat WingsAir bermesin baling-baling itu mendarat dengan mulus di bandar udara internasional Ngurah Rai Denpasar Bali. Berjuta-juta syukur kami panjatkan kepada Allah yang telah memperjalankan kami dengan selamat sampai tujuan. Saat itu ingin rasanya ingin menulis kisah perjalanan ini ke blog media curhatan hati ini, tetapi rasanya belum berani sehingga penulis sampai selamat kembali ke rumah di Demak Jawa Tengah.